SAKITNYA DISINI (QALBU)
Ilustrasi: http://farm8.staticflickr.com/
“Ibu! Ibu…. Ada rasa sakit di sini,” ucap gadis itu kepada ibunya sambil dengan berlinang airmata.
“Nak, ada apa? Apa yang membuatmu menangis?”
“Ibu… ada rasa sakit di sini, ketika ia jauh dariku, Bu…” ucapnya sambil memeluk erat ibunya.
“Sayang. Dia siapa?”
“Seorang lelaki, yang aku pun tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi, Bu. Aku belum pernah merasakan ini. Di sini bu, sakitnya di sini, membuatku ingin terus menangis,” ucapnya sambil terus menunjuk-nunjuk dada.
“Nak, apa kau menyukai lelaki itu?”
“Entahlah, Bu. Aku sedih jika sehari saja tak mengetahui kabarnya. Rasanya sakit sekali di sini,” ucapnya menelungkupkan tangan di dada.
“Ibu mengerti apa yang engkau rasakan. Dulu, ketika ayahmu jauh dari ibu, itulah yang ibu rasakan. Terlebih lagi, kini ayahmu telah tiada. Tapi, kabar pasti kepergiannya membuat ibu sadar, kehilangan memang menciptakan jarak dan rindu,”
“Lalu, aku harus bagaimana, Bu? Rasanya sakit sekali. Aku tidak kuat jika terus begini. Rasanya ingin meledak. Rasanya, ingin aku berlari ke dekapannya, Bu,”
“Iya, ibu tahu, Nak. Mengapa kau tak menghubunginya saja?”
“Aku takut, Bu. Aku takut mengganggunya. Aku takut kehadiranku saat ini tak diinginkannya,”
“Ibu rasa, ia juga merasakan sakit yang sama denganmu. Hanya saja, ia juga menunggu kau menghubunginya, atau ia sedang sibuk,”
“Aku malu, Bu. Aku malu. Iya, aku takut mengganggu kesibukannya. Sungguh, Bu. Semakin sakit di sini,”
“Sini, Nak. Peluk ibu. Suatu saat, kau akan mendapat pelukan yang lebih hangat daripada ini. Kau akan menangis mengatakan kau rindu, sedang ia menepuk pelan pundakmu, lalu menyeka airmatamu,”
“Ibu, kadang jarak begitu kejam hingga ia membuatku merindu. Kadang, angin pun tak mau menyampaikan kerinduanku,”
“Ucapkan kau rindu kepada-Nya. Ucapkan kau sedih kepada-Nya. Serahkan semua kepada-Nya, Nak,”
“Ibu, apa rasa yang kumiliki sekarang ini terlarang?”
“Tidak, Nak. Itu fitrahmu. Ia takkan menjadi terlarang jika kau mampu menjaga hatimu sampai waktu yang Allah tetapkan. Sungguh, rencana-Nya lebih indah, Nak,”
“Ibu, rasa sakit di sini belum hilang…. Semakin sakit, Bu…” Ucapnya tetap dalam sesegukan.
“Ia juga merasakan hal yang sama, Nak…. Ibu percaya itu, ia juga begitu merindukanmu. Ia juga menangis, Nak. Tapi, ia menangis di dalam hati. Ini akan terus terjadi hingga masa-Nya tiba. Hingga, airmata kalian menyatu pada sebuah janji yang suci di hadapan Ilahi….”
Salam hangat dan semangat dari DP Anggi
FAM790M Pekanbaru
infonya menarik dan keren sob. Kunjungi balik ke blog saya www.ankurniawan.blogspot.com
ReplyDeleteloh loh, kok info ... hadeuuuh :D |
ReplyDeleteWahhhh nulis jugaa?? hmmmmm, 2 hari lagi deh fanfic spesial ane akan nyusul XD
ReplyDeleteoke Bim tak tunggu yoo :D
ReplyDelete